Jumat, 24 September 2010

Registrasi June

[table]Saya telah membaca dan memahami peraturan yang disebutkan diatas, dan berjanji akan mematuhi peraturan tersebut. Jika saya melanggar, saya bersedia mendapat sanksi tegas sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.[/table]

Hosted by imgur.com


[center][big][font=Times New Roman][b]Registrasi Karakter[/b][/big][/font][/center]
[hr][b]Nama :[/b] Shaniqua June Roxanne

[b]Jenis Kelamin:[/b] Perempuan

[b]Status Darah:[/b] Pureblood

[b]Domisili:[/b] Kerajaan Roxland, sebuah pulau kecil di sekitar 10 km lepas pesisir Suffolk, Inggris, pada koordinat 51°53′40″ LU, 1°28′57″ BT

[b]Tempat Tanggal Lahir:[/b] Suffolk, 11 Juni 1979

[b]Latar Belakang Karakter:[/b]
Kerajaan Roxland berdiri pada tahun 1983, sebuah kerajaan yang berdiri di sebuah pulau kecil di pesisir Inggris yang dinyatakan merdeka oleh penduduknya sendiri saat keluarga Roxanne datang ke sana pada tahun 1980. Mereka mengklaim pulau dengan luas wilayah total 21 km2 itu sebagai negara Kerajaan. Penduduk Kerajaan Roxland pada sensus tahun 1989 berjumlah 14.001 jiwa.

Miguel Roxanne yang mencetuskan ide tersebut kemudian diangkat menjadi Raja Roxland, istrinya—Donatella Roxanne diangkat menjadi Ratu Roxland. Putri sulung mereka yang berusia 4 tahun—Shaniqua—diangkat menjadi Putri Roxland dan Shawn Roxanne, 2 tahun, otomatis menjadi Pangeran sekaligus putra mahkota Roxland. Keluarga ini kemudian tinggal di sebuah gedung tua yang telah dipugar dan diberi nama Rox Manor.

Sebagai seorang gadis kecil yang memiliki gelar Tuan Puteri, Shaniqua yang lebih suka disapa dengan nama June terpaksa berlaku seperti para putri kebanyakan di depan kedua orangtua dan para petinggi Kerajaan Roxland. Guru-guru dipekerjakan untuk membuat gadis kecil itu tumbuh menjadi Tuan Puteri yang anggun dan beretika. Mulai dari kelas dansa sampai pada kelas table manner yang membosankan harus diikutinya demi menjaga kehormatan keluarganya. Namun tak seperti Shawn yang penurut, Shaniqua adalah gadis kecil yang keras, pemberontak dan tak segampang itu menuruti keinginan orang atas hidupnya. Berulang kali Shaniqua melarikan diri dari pelajaran untuk bermain-main di luar bersama teman-temannya.

[b]Visualisasi:[/b] Josefina Cisternas

[b]Latar Belakang Visualisasi:[/b] Model

[b]Keterangan Tambahan:[/b]
- Pemberontak, keras kepala
- tak suka dengan status Tuan Puteri namun kebiasaan diurusi orang lain sejak kecil membuatnya sulit untuk hidup mandiri

Sabtu, 17 Juli 2010

Allyriane Lakeisha Colette


Allyriane Lakeisha Colette


[big][b][center]BASIC[/center][/b][/big]
[b]Full Name --[/b]Allyriane Lakeisha Colette
[b]Meaning/Reason of Name --[/b]Allyriane is taken from googling baby French names.
[b]Nickname --[/b]Ally
[b]Gender --[/b]female
[b]Birth Date --[/b]July 21' 1978
[b]Astrological Sign and Details --[/b]Leo

Batu kelahiran: Onyx bintang.

Yang anda sukai

Warna cerah, tertawa terbahak, dan menjadi pusat perhatian.

Yang tidak Anda sukai

Malam yang membosankan, dilarang-larang melakukan sesuatu, dan dicueki

Kemampuan terbaik Anda

Memamerkan sisi terbaik Anda di pesta-pesta dan panggung, memotivasi orang ketika mereka merasa bosan dan menjadi relawan pertama dalam misi berbahaya.

Diri Anda yang dalam

Anda butuh dihargai atas semua kerja Anda. Sangat membantu, walaupun anda juga cenderung sombong, Anda akan melakukan apapun bagi mereka yang anda sukai, selama mereka menyirami anda dengan perhatian dan ucapan terima kasih.

Karir Anda

Sutradara film, arsitek, fotografer, dan administratur olahraga

Busana

Anda menyukai busana, tetapi lebih cenderung untuk mencampur barang yang sudah Anda miliki dengan barang baru. Hal inilah yang terkadang membuat Anda nampak ‘khusus’ tetapi Anda tidak peduli dengan hal ini, walaupun kadang orang sampai terbelalak. Anda tertarik dengan semua yang berkilauan. Anda dapat tampil konservatif jika memang dibutuhkan, tetapi idealnya anda suka terlihat sedikit ‘cemerlang’

Sebagai seorang teman

Anda pemimpin alami. Teman-teman Anda berkumpul di sekeliling Anda menyerap energi Anda seperti ngengat tertarik kepada nyala api. Hati-hati dengan kepala besar Anda, tidak ada orang yang suka egomania. Tonjolkan sisi murah hati anda, dan ingatlah, kesombongan selalu muncul sebelum kejatuhan.

Sebagai pacar (cewek)

Cerdas, berani, dan menantang, kemanapun anda pergi, orang akan memperhatikan Anda. Bagaikan bunga yang tidak pernah layu, anda sangat bergairah dan setia dalam percintaan, tetapi Anda mengharapkan cowok Anda memuja Anda. Anda menuntut perhatian dan sangat mungkin tiba-tiba ngambek selama berhari-hari jika Anda merasa kurang diperhatikan.

[b]Birth Place --[/b]London, England
[b]Age --[/b]11 y.o
[b]Race --[/b]French
[b]Blood Type --[/b]O
[b]Religion --[/b]Christian


[big][b][center]APPEARANCES[/center][/b][/big]
[b]Hair Style --[/b]straight and short
[b]Hair Color --[/b]barbie blonde
[b]Shape and Features of Face --[/b]liat aja pikunya *plakk*
[b]Eye Color --[/b]hazel
[b]Skin Tone --[/b]yellow
[b]Any Scars or Distinguishing Marks --[/b]none
[b]Build or Body Type --[/b]average
[b]Height --[/b]140cm
[b]Weight --[/b]30kg
[b]Style --[/b]gayanya boyish tapi selera berbusananya sangat apik dan sometimes girly


[big][b][center]SPEECH AND LANGUAGE/COMMUNICATION[/center][/b][/big]
[b]Pace --[/b]
[b]Accent or Dialect --[/b]
[b]Voice Tone --[/b] (shrill, high, average, deep, squeaky, hoarse, harsh, authoritative, cultured, etc.)
[b]Favorite Words or Phrases --[/b]
[b]Usual Curse Words --[/b]sh*t
[b]Tag Words --[/b]
[b]Mannerisms/Demeanor --[/b]
[b]Posture --[/b]slim and tall
[b]Gesture --[/b]confidence


[big][b][center]CHARACTERISTICS[/center][/b][/big]
[b]Bad Habits --[/b]
[b]Good Habits --[/b]
[b]Best Characteristic --[/b]selalu rapi dan cantik
[b]Worst Characteristic --[/b]terlalu blak-blakan
[b]Proud of --[/b]
[b]Embarrassed by --[/b]
[b]Driving Style --[/b]
[b]Strong Points --[/b]
[b]Temperament --[/b]
[b]Attitude --[/b]
[b]Weakness --[/b]
[b]Fears --[/b]
[b]Phobias --[/b]
[b]Secrets --[/b]
[b]Regrets --[/b]
[b]Feels Vulnerable When --[/b]
[b]Pet Peeves --[/b]
[b]Conflicts --[/b]
[b]Motivation --[/b]
[b]Goals and Hopes --[/b]
[b]Sexuality --[/b]straight
[b]Exercise Routine --[/b]
[b]Day or Night Person --[/b]
[b]Introvert or Extrovert --[/b]introvert
[b]Optimist or Pessimist --[/b]depends
[b]Special Abilities or Powers --[/b]

Rabu, 14 Juli 2010

Caleb Wyard

Sieghart Caleb Juanino Irvine Wyard


the first in Wyard's triplets

[big][b][center]BASIC[/center][/b][/big]
[b]Full Name --[/b]Sieghart Caleb Juanino Irvine Wyard
[b]Meaning/Reason of Name --[/b]Caleb - taken from a character mentioned in Holy Bible, a person with great faith and positive minded.
[b]Nickname --[/b]Caleb, Cal, Nino
[b]Gender --[/b]male
[b]Birth Date --[/b]April 1' 1978
[b]Astrological Sign and Details --[/b]Aries - Seorang pemberani, tidak suka diatur, keras hati, dan agak egois. Apabila menginginkan sesuatu, apapun tantangannya pasti akan dihadapi dengan gigih. Cerdas, daya pikirnya luas dan selalu ingin berkembang. Gila-gilaan, sumber kekacauan, pengganggu, kompetitor sejati, sulit dikalahkan dan suka berpetualang, tapi menyenangkan. Biasanya memiliki kebiasaan menyisir rambut dengan jari tangan dan mengusap-usap dagunya. Pembawaannnya tidak tenang dan tidak sabaran.
[b]Birth Place --[/b]London, England
[b]Age --[/b]11 y.o
[b]Race --[/b]Brits
[b]Blood Type --[/b]AB - unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda
[b]Religion --[/b]Christian


[big][b][center]APPEARANCES[/center][/b][/big]
[b]Hair Style --[/b]wavy
[b]Hair Color --[/b]brown
[b]Shape and Features of Face --[/b]liat aja pikunya *plakk*
[b]Eye Color --[/b]blue
[b]Skin Tone --[/b]tan
[b]Any Scars or Distinguishing Marks --[/b]none
[b]Build or Body Type --[/b]average
[b]Height --[/b]145cm
[b]Weight --[/b]33kg
[b]Style --[/b]rapi di depan umum, aslinya slengean


[big][b][center]SPEECH AND LANGUAGE/COMMUNICATION[/center][/b][/big]
[b]Pace --[/b]
[b]Accent or Dialect --[/b]
[b]Voice Tone --[/b] (shrill, high, average, deep, squeaky, hoarse, harsh, authoritative, cultured, etc.)
[b]Favorite Words or Phrases --[/b]
[b]Usual Curse Words --[/b]
[b]Tag Words --[/b]
[b]Mannerisms/Demeanor --[/b]
[b]Posture --[/b]
[b]Gesture --[/b]


[big][b][center]CHARACTERISTICS[/center][/b][/big]
[b]Bad Habits --[/b]
[b]Good Habits --[/b]
[b]Best Characteristic --[/b]
[b]Worst Characteristic --[/b]
[b]Proud of --[/b]
[b]Embarrassed by --[/b]
[b]Driving Style --[/b]
[b]Strong Points --[/b]
[b]Temperament --[/b]
[b]Attitude --[/b]
[b]Weakness --[/b]
[b]Fears --[/b]
[b]Phobias --[/b]
[b]Secrets --[/b]
[b]Regrets --[/b]
[b]Feels Vulnerable When --[/b]
[b]Pet Peeves --[/b]
[b]Conflicts --[/b]
[b]Motivation --[/b]
[b]Goals and Hopes --[/b]
[b]Sexuality --[/b]
[b]Exercise Routine --[/b]
[b]Day or Night Person --[/b]
[b]Introvert or Extrovert --[/b]
[b]Optimist or Pessimist --[/b]
[b]Special Abilities or Powers --[/b]

Minggu, 24 Januari 2010

Foto

Akankah keajaiban terjadi padaku di Natal tahun ini? Aku seorang ayah yang dibenci oleh putraku sendiri karena aku meninggalkan dia dan istriku beberapa tahun silam. Saat itu putraku masih berusia 3 tahun. Aku melakukan kesalahan fatal dengan berselingkuh dan berniat menikahi selingkuhanku itu. Namun, gadis yang menjadi tambatan hatiku malah menikah dengan pria lain yang kaya raya. Aku tahu, ini adalah hukuman dari Tuhan karena telah menyia-nyiakan keluarga yang telah Dia berikan.

Sejak itu aku berusaha meminta maaf pada istri dan putraku. Istriku memaafkanku tapi putraku tak pernah mau bertemu denganku bahkan sekali. Sekarang dia sudah berusia 10 tahun. Dia sudah jadi anak yang tampan dan pandai. Ibunya bilang dia selalu mendapat juara kelas, patuh pada orangtua dan tidak pernah menyulitkan. Namun dia membenci satu kenyataan, dia tumbuh semakin mirip denganku. Tentu saja hal ini sangat membuatku terluka, tapi aku sadar, aku yang membuat semuanya jadi begini. Aku hanya bisa memantau perkembangan putraku lewat foto dan kadang aku mengintip-intip dia saat di sekolah.

Kapankah dia akan memaafkan aku? Aku memang ayah yang layak dibenci tapi aku telah bertobat, aku ingin kembali bersatu dengan keluargaku… tapi aku juga tak memaksa, aku juga tahu diri. Apalagi sekarang aku terbaring di rumah sakit dengan kanker menggerogoti badanku. Ajalku sudah dekat. Sebelum aku mati, aku ingin mendapatkan maaf dari putraku satu-satunya. Istriku menyuruhku mencoba menulis surat, dia akan membantuku membujuk putraku membacanya.

Kuraih kertas dan pena, kutulis kata demi kata maaf dan penyesalanku. Kusampaikan betapa inginnya aku bertemu dengannya meski hanya sekali saja sebelum hidupku berakhir.

“Nak, maafkan ayah. Ayah tahu betapa kamu membenci ayah. Apa yang telah ayah lakukan telah membuat kamu dan ibumu menderita. Maafkan ayah. Ayah menyesal telah melakukan semua itu terhadap kalian. Ayah hanya berharap, kamu bisa memaafkan ayah. Ayah ingin bisa melakukan tugas dan tanggung jawab ayah padamu. Ayah ingin kamu merasakan bagaimana rasanya punya ayah. Kalau kamu memaafkan ayah, pada hari Natal, ayah tunggu kamu di Kebun Binatang. Ayah akan tunggu dari jam 1 siang dan akan terus menunggu sampai kamu datang… Dengan Cinta, AYAH.”

Akhirnya, hari yang kutunggu tiba. Sejak jam 12 aku telah ada di Kebun Binatang, kegairahan dan harapan membuatku datang lebih cepat. Aku duduk di bangku yang ada di dekat loket tiket. Aku makan siang disana, menunggu putraku datang. Apakah dia akan datang?

Jam demi jam berlalu, sekarang sudah jam 4 sore. Belum ada tanda-tanda kedatangan putraku. Semangat dan harapanku mulai pupus perlahan. Kepalaku mulai pusing karena kelelahan. Tapi aku belum menyerah, hari masih terang. Mungkin sebentar lagi putraku datang. Kupandangi foto putraku dengan penuh kasih sayang. Membayangkan dia tersenyum padaku seperti di foto itu.

“Ayaahhh….,” kudengar suara putraku sayup-sayup.

Kutegakkan kepalaku dan kulihat pemandangan yang selama ini ingin kulihat. Putraku, Bryan berlari ke arahku sambil melambaikan tangan diikuti istriku di belakangnya. Mereka berdua tersenyum. Aku bangkit berdiri dan menyambut mereka dengan pelukan. Hatiku sangat bahagia. Kami bertiga bergegas membeli tiket dan masuk ke dalam Kebun Binatang. Bryan berjalan di antara aku dan istriku, dia menggandeng tangan kami. Terlihat begitu gembira. Dia melihat binatang-binatang yang ada dengan penuh antusias dan rasa ingin tahu. Aku menjawab seluruh pertanyaannya sampai dia puas. Ternyata begini rasanya menjadi seorang ayah. Bodohnya aku pernah mencoba meninggalkan kebahagiaan seperti ini.

“Ayah, Bryan sayang ayah…,” kata Bryan mengecup pipiku.

Aku terbangun. Rupanya itu hanyalah mimpi. Mimpi yang seolah nyata. Rupanya aku tertidur di bangku tempatku menunggu sejak siang. Hari sudah mulai gelap. Rasanya kesadaranku mulai menghilang sampai kurasakan sebuah tangan kecil mengguncang bahuku.

“Ayah? Ayah kenapa?”

Kubuka mataku, samar-samar kulihat bayangan seorang anak kecil dan seorang wanita. Itu adalah Bryan dan istriku. Wajah mereka terlihat cemas.

“Bryan…? I… ini bukan mimpi?” tanyaku. Suaraku terdengar begitu parau.

“Bukan ayah, ini aku… ayah pucat sekali. Maaf aku telah membuat ayah menunggu lama.”

“Tak apa-apa, nak. Kamu… sudah… datang…,” nafasku mulai sesak. Apakah ajalku telah tiba? Tuhan kumohon berikan aku sedikit lagi waktu, “Kamu… sudah maafkan ayah…?”

Bryan mengangguk, “Iya ayah…”

Aku berusaha menegakkan tubuhku dibantu oleh istriku. Kuminta mereka duduk disampingku. Kupanggil petugas kebun binatang untuk memotret kami bertiga. Selama ini kami tak punya foto keluarga. Kusandarkan kepalaku di bahu istriku, sebelah tanganku memeluk putraku. Kesadaranku mulai hilang tapi aku harus bertahan.

Sebentar lagi, Tuhan. Beri aku waktu sebentar lagi.

“Siap, 1… 2… 3… cheese,” ujar petugas kebun binatang yang memotret kami.

Aku bahagia. Aku telah bersatu dengan keluargaku lagi. Kupandangi mereka dengan senyum sebelum kesadaranku benar-benar hilang dan kuhembuskan nafas terakhirku.

Terimakasih telah memaafkan aku. Maaf bila aku lagi-lagi harus meninggalkan kalian. Paling tidak, foto ini akan menjadi bukti bahwa kita adalah keluarga bahagia. Selamat tinggal keluargaku tercinta. Aku akan terus mengawasi kalian di atas bintang.

Piet Hitam

Piet Hitam
author: Yuki Aikawa

Sejak aku kecil, mama selalu bilang padaku…
“Molly, jangan nakal ya… kalau tidak, nanti kamu diculik Piet Hitam di malam Natal”.

Sekarang aku sudah berumur 10 tahun dan aku masih percaya bahwa Piet Hitam itu ada. Makanya aku selalu menurut pada orang tua, patuh pada guru dan berusaha menjadi anak baik supaya tidak diculik oleh Piet Hitam. Rani pernah bilang, sepupunya pernah diculik oleh Piet Hitam 2 tahun lalu karena mencuri tabungan milik kakaknya.

Seperti apa ya wujud Piet Hitam? Kata mama dan Rani, Piet Hitam itu mengerikan. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, termasuk wajahnya! Dia memakai jubah hitam keemasan dan memanggul karung di pundaknya. Konon, karung itulah tempat dia membawa anak-anak nakal di seluruh dunia! Kata Rani, gigi Piet hitam seperti vampir, memiliki taring yang tajam. Hanya anak-anak nakal saja yang pernah melihatnya.

Oh ya, Rani itu teman sekelasku. Dia anak yang pandai, punya banyak cerita yang menarik. Aku suka sekali mendengar cerita-ceritanya. Dia duduk di sebelahku di kelas dan kami berdua seringkali menghabiskan istirahat siang di taman belakang sekolah. Sambil berteduh di bawah pohon rindang, kami makan siang bersama dan saling bertukar cerita. Kadang-kadang teman sekelas kami yang lain ikut bergabung. Hari ini Derry dan Kai ikut makan siang bersama kami, seperti halnya aku, mereka juga sangat menyukai cerita-cerita Rani.

“Tahu tidak, tiap seminggu sebelum Natal, Piet Hitam selalu berkeliling mencari-cari anak yang nakal,” kata Rani dengan sikap misterius.

“Masa sih? Kamu tahu darimana?” tanya Derry penasaran.

“Karena setiap malam itu, hujan badai turun! Suara geledek menyelimuti langit!” jawab Rani.

“Berarti kalau ada anak yang akan diculik, bakalan ada hujan badai dong?” tanya Kai.

“Iya. Itu terjadi 2 tahun lalu saat sepupuku diculik Piet Hitam!” jawab Rani lagi.

“Tapi akhirnya sepupumu dikembalikan oleh Piet Hitam, kan?” tanyaku.

Rani menatapku dengan serius.

“Benar. Tapi dia kembali dengan perbedaan yang drastis! Awalnya dia begitu nakal, tapi sekarang dia jadi anak yang sangat pendiam. Bisa dibilang kutu buku!”

Aku, Derry dan Kai terkesiap mendengarnya. Di otak kami masing-masing membayangkan apa yang dialami oleh sepupu Rani sampai berubah sedrastis itu. Pasti Piet Hitam benar-benar menakutkan.

“Kalian sadar tidak? Besok… tepat 1 minggu sebelum Natal, lho!” ujar Rani mengejutkan kami, “Apakah kalian melakukan kenakalan selama seminggu ini? Kalau iya, siap-siap saja menyambut Piet Hitam!”

Tiba-tiba Derry bangkit berdiri dan memaki Rani.
“Omong kosong!! Piet Hitam tak mungkin ada. Itu pasti hanya cerita karanganmu saja, kan!” bentak Derry.

“Aku tidak bohong. Sepupuku buktinya!” balas Rani.

“Cih…” Derry berlari kembali ke kelas dengan gusar.

Kami bertiga hanya menatapnya heran. Kai bilang, Derry baru saja mengusili guru biologi kami dengan memasukkan cacing tanah ke botol minumannya.

“Kalau begitu, besok kita harus awasi Derry…,” kata Rani pelan.

---

Pagi ini cuaca cerah, libur sekolah sudah dimulai. Mudah-mudahan saja terus begini, jadi tandanya Piet Hitam takkan datang menculik Derry. Meski kadang Derry usil, tapi dia anak yang baik. Dia pernah memapahku ke ruang kesehatan waktu aku terluka.

Sampai sore hari semuanya terasa damai dan tenang. Seolah cerita mengenai Piet Hitam tak pernah ada. Aku sedang bermain ayunan di halaman rumah bersama Rani. Dia sering main dirumahku saat libur. Sama sekali tak ada pembahasan soal Piet Hitam meluncur dari bibir kami sampai Kai tiba-tiba datang berlari ke arah kami.

“Rani! Molly! Derry menghilang!” teriak Kai terengah-engah. Tubuhnya basah oleh keringat. Sepertinya dia telah berlari cukup jauh.

“Apa?! HILANG?!” aku dan Rani berteriak bersamaan.

“Iya. Tadi aku ke rumahnya, mau mengajaknya main bola. Hh.. hh… Tapi Derry nggak ada! Hh.. hh.. Mamanya juga bingung, katanya sudah sejak siang Derry pergi dan sampai sekarang belum juga pulang!” jelas Kai sambil mengatur napas.

“Tapi, langit cerah. Berarti bukan Piet Hitam yang menculiknya,” kataku.

Aku terlalu cepat bicara, tiba-tiba geledek menggelegar. Hujan mulai turun. Semakin lama semakin deras. Ketegangan mulai menguasai kami. Teman kami diculik Piet Hitam!!

“Anak-anak, cepat masuk ke dalam rumah. Sepertinya akan ada hujan badai!” panggil mamaku dari dalam rumah.

Kami bertiga bergegas masuk ke rumah. Mama menelepon orangtua Rani dan Kai supaya mereka tidak cemas.

“Mama, teman kami diculik Piet Hitam!” aku tak tahan untuk melapor ke mama.

“Oh ya? Siapa?” tanya mama tenang.

“Derry. Kemarin dia iseng memasukkan cacing tanah ke botol minum guru kami. Sekarang dia menghilang! Pasti dia diculik Piet Hitam!” kataku disetujui oleh Rani dan Kai. Kami bertiga mulai menangis.

“Derry itu anak yang baik, tante. Dia selalu membantu kalau kami sedang susah. Sekali-sekali iseng kan nggak salah… hiks,” kata Rani terisak.

Mamaku hanya tersenyum mendengarkan kami menangis, sepertinya mama menahan tawa.

“Iya tante. Lagipula, guru kami itu memang menyebalkan. Jadi tak ada salahnya sekali-sekali diberi pelajaran seperti itu…” ujar Kai.

“Molly nggak mau Derry jadi kutu bukuuuuu…,” raungku.

Tawa mama meledak, membuat kami sangat kebingungan. Kok temanku hilang malah ditertawakan?

“Maafkan mama. Mama nggak sangka kalian masih begitu mempercayai kisah Piet Hitam. Mama pikir kalian sudah tahu kalau sebenarnya Piet Hitam itu baik,” kata mama.

“Jadi, Piet Hitam itu nggak pernah menculik anak nakal?” tanya Rani kaget.

“Iya, Piet Hitam justru membantu Santa membagikan hadiah…,” mama menjelaskan.

“Lalu sepupuku dulu diculik siapa?” tanya Rani lagi.

“Dia bukan diculik, tapi dikirim ke sekolah musim dingin sama tantemu,” jawab mama tertawa, "sepertinya kakak sepupumu itu hanya bergurau menceritakan soal Piet Hitam itu."

“Lalu Derry kemana?” tanya Kai.

“Kalau itu tante nggak tahu, tapi tante yakin… bukan diculik Piet Hitam.”

“KRIINGG…” telepon rumahku berbunyi. Mama segera mengangkatnya. Ternyata Derry yang menelepon.

Rupanya Derry ketiduran di rumah pohon yang ada di belakang rumahnya sampai geledek membangunkannya. Bukan diculik Piet Hitam seperti ketakutan kami.

Aku merajuk pada mamaku yang telah membuatku percaya sedemikian rupa bahwa Piet Hitam itu jahat.
“Kenapa sih mama bohong padaku?” tanyaku ngambek.

Mama menatapku lalu mengusap kepalaku, “Supaya kamu jadi anak baik seperti sekarang…”



TAMAT

Natal yang Sederhana

Natal yang Sederhana
author : Yuki Aikawa

"Ahhh.. aku kesal!! Kenapa sih tahun ini Papa nggak mau membuat pesta natal besar-besaran di rumah?! Biasanya kan selalu diadain!! Padahal aku sudah gembar-gembor di sekolah!!" teriak Verena marah.

Verena adalah seorang putri direktur hotel terkenal. Kekayaan orangtuanya memanjakan dia sejak kecil. Apa yang Verena inginkan selalu dituruti. Hal itu membuat Verena tumbuh menjadi anak yang manja dan egois. Dia akan marah jika apa yang dia mau tidak dikabulkan, seperti saat ini. Dia marah-marah pada orangtuanya karena tidak mengadakan pesta Natal besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti layaknya putri kaya, Verena senang sekali menjadi pusat perhatian orang banyak. Dia senang mengenakan gaun bagaikan putri-putri raja.
Verena adalah gadis yang cantik, tubuhnya tinggi dan langsing, rambutnya panjang dan hitam berkilau, kulitnya putih mulus dan gerak-geriknya pun anggun. Semua teman-teman di sekolah takut padanya, mendekatinya karena dia kaya dan tak berani macam-macam padanya. Guru-guru pun begitu. Mereka tak berani menegur kesalahan Verena sehingga membuat keegoisan Verena semakin menjadi-jadi.

"Papa pikir, kita tak perlu menghambur-hamburkan uang untuk hal seperti itu," jawab Papa diiringi anggukan Mama.

"Tapi ini kan Natal, hanya setahun sekali. Nggak masalah dong, Pa!" kata Verena masih marah.

"Setiap tahun kan Papa selalu mengadakan Pesta Ulang Tahun untukmu. Papa rasa itu saja sudah lebih dari cukup. Di hari Natal, lebih baik kita menghabiskan waktu bertiga saja untuk makan di family restaurant atau jalan-jalan ke suatu tempat."

"Ihhh Papa kuno ah. Lalu mau ditaruh dimana mukaku? Aku sudah gembar-gembor di sekolah kalau di rumah kita ini akan diadakan pesta Natal terbesar di lingkungan ini!! Pokoknya Papa harus bikin pestanya!!" Verena keras kepala.

"Verena, turuti kata Papamu. Jangan kurang ajar," sahut Mama.

"Nggak mau! Pokoknya pesta harus tetap diadakan!!" raung Verena.

"Cukup, Verena!! Papa bosan mendengarmu terus-terusan merajuk soal ini. Papa ingin mulai tahun ini, kita adakan pesta Natal yang sederhana di rumah. Hanya kita bertiga. Papa ingin keluarga kita semakin dekat..." tegur Papa.

Verena menundukkan kepala, dia menangis. Kesal karena ini pertama kalinya Papa menolak permintaannya. Sedih karena ini pertama kalinya Papa membentak dia. Verena berlari ke kamarnya, membanting pintu dan langsung melompat ke kasur. Dia menangis sampai tertidur.

Dalam tidurnya, Verena bermimpi. Dia dibawa oleh seseorang ke sebuah gubuk reyot. Disana tinggal seorang ibu tua dan 5 orang anaknya. Mereka semua dekil dan kotor karena tak punya baju ganti dan tak pernah mandi. Bau badan mereka menyengat ketika Verena melangkah masuk ke dalam gubuk itu.

"Ukh, bau!!" gerutu Verena. Dia hendak keluar dari gubuk itu, tapi kakinya seolah di lem di lantai. Dia tak bisa bergerak. Orang yang tadi membawanya menunjuk ke arah ibu tua itu. Verena terkesiap. Ibu tua itu adalah dirinya di masa depan! Begitu lusuh, kotor, dekil.

"Ke... kenapa aku jadi begitu?!" tanya Verena panik, "dan anak-anak siapa itu?!"

"Mereka adalah anak-anakmu," jawab orang itu. Verena tak bisa menatap wajahnya. "Masa depanmu akan jadi seperti itu bila kamu terus membuat orangtuamu menghambur-hamburkan uang untuk pesta yang tak ada gunanya. Mereka akan jatuh bangkrut. Papamu akan mati terkena serangan jantung. Kemudian, kamu terjerumus dalam pergaulan yang salah. Kamu jatuh dalam narkoba dan seks bebas. Kamu hamil, tapi kamu tak tahu siapa papa dari bayi dalam kandunganmu. Mamamu yang stress melihatmu akhirnya akan jatuh sakit dan akhirnya menyusul papamu. Kamu sendirian. Hidup terombang-ambing karena kamu tak punya kemampuan apapun. Kamu tak bisa apa-apa karena terbiasa dilayani oleh orang lain. Kamu hanya bisa menggerutu, mengeluh, bergantung pada orang lain. Pada akhirnya, kamu hanya dijadikan mainan oleh pria-pria tak bertanggungjawab... dan..."

"Hentikan... Jangan... diteruskan lagi...," isak Verena. Dia ketakutan membayangkan dirinya akan jadi seperti itu di masa depan. Takut membayangkan papa dan mamanya pergi meninggalkan dia selamanya.

Orang itu menepuk bahu Verena, membuat Verena merasa nyaman.

"Tak perlu takut. Kamu masih punya kesempatan untuk mengubah masa depanmu. Jangan lagi sombong. Kekayaan orangtuamu bukanlah sesuatu yang kekal. Sewaktu-waktu itu bisa habis bila dihambur-hamburkan. Belajar mandiri, terlalu bergantung pada pelayan hanya membuatmu semakin tak bisa melakukan apa-apa sendiri. Berubahlah. Maka masa depanmu takkan jadi seperti ini."

Verena terbangun. Wajahnya masih sembab karena menangis. Keringat dingin membasahi pakaiannya. Begitu sadar dia ada di rumahnya, dia segera berlari ke luar kamar mencari kedua orangtuanya dan memeluk mereka. Kedua orangtuanya terheran-heran dengan perubahan tingkah laku Verena yang begitu tiba-tiba.

"Ada apa, Nak?" tanya Mama lembut sambil mengusap kepala Verena.

"Maafkan Verena, Pa, Ma... Selama ini Verena begitu egois dan manja," isak Verena di pelukan orangtuanya.

Kedua orangtuanya saling berpandangan. Tersenyum bahagia meskipun bingung dengan tingkah laku anaknya.

"Tak apa-apa, Nak. Yang penting kamu sudah menyadari kesalahanmu dan mau berubah," kata Papa bijak.

"Iya, Pa. Verena janji. Papa tak perlu bikin pesta. Kita rayakan Natal yang sederhana saja, Pa," ujar Verena.

"Teman-temanmu bagaimana?" tanya Mama.

"Tak masalah. Verena cuma ingin merayakan Natal bersama Papa dan Mama saja."

Natal tahun itu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tak ada pesta besar. Hanya ada makan malam bersama antara Papa, Mama dan Verena. Menghias pohon natal bersama. Saling bertukar kado Natal dan bergembira. Inilah Natal yang sesungguhnya, saat sebuah keluarga melewatinya dengan penuh tawa dan kehangatan menambah keharmonisan di antara mereka. Natal yang sederhana namun begitu meriah dengan sukacita.

Ada Cinta di Lineage II

Cerita ini hanya fiksi belaka... kesamaan kejadian atau tokoh asliiii cuma kebetulan...


Ada Cinta di Lineage II
author: Yuki Aikawa

Akhir-akhir ini aku ketagihan game online. itu adalah Lineage II. Biasanya aku nggak pernah mau main game bertipe seperti itu karena aku cepat bosan. Berbeda dengan Lineage II, sejak awal aku sudah terkesan dengan karakter gamenya. Cowoknya ganteng-ganteng terutama Elf, Kamael dan Human. Ceweknya juga cantik-cantik dan seksi. Karakter favoritku adalah elf. Aku bisa tahan main berjam-jam, lho! Sampai-sampai papa sering menegurku buang-buang listrik. Hahaha...

Yang membuatku semakin betah bermain adalah teman-teman baru yang kudapatkan dari game itu. Hunting monster pun rasanya jadi menyenangkan karena ada mereka. Berkat Lineage II juga akhirnya kini aku punya pacar. Memang sih cuma pacar virtual karena kami belum pernah bertemu face-to-face. Pacaran kami hanya sebatas hunt bareng di Lineage II dan SMS-an. Entah kenapa dia tak pernah meneleponku. Mungkin dia malu?

"Hati-hati lho pacaran di dunia maya. Kita kan nggak tahu seperti apa orang aslinya," kata kakakku suatu hari.

"Tenang saja, kak. Dia sudah mengirimkan fotonya padaku, kok," jawabku santai.

"Bisa saja itu foto palsu... jangan terlalu gampang percaya, deh," kata kakakku lagi.

Entah kenapa aku jadi gusar mendengarnya.

"Sudahlah kak, urus saja urusanmu sendiri!"

****

Suatu hari, aku terpaksa main Lineage II di warnet. Saat aku sedang asyik hunting bersama pacarku tersayang, tiba-tiba cowok yang duduk di sebelahku menyapa.

"Hey, seru banget mainnya. Kamu kenal ya sama Kendraco?" tanyanya.

"Iya. Kamu kenal juga? Dia pacarku...," jawabku.

Cowok itu bengong menatapku, "Pacar? Pacar beneran? Bukan cuma di game?"

"Iya... Memang kenapa?" tanyaku heran.

"Kamu sudah pernah ketemu dengan dia?" tanyanya lagi.

"Belum sih, rumahnya jauh banget soalnya..."

"Jauh? Rumah dia di daerah sini juga, kok...," Cowok itu kebingungan.

"Kamu yakin? Kalau begitu kenapa dia bohong padaku...," tanyaku mendesak.

"Yah, tentu saja... Dia kan... Dia itu kan...," cowok itu tergagap. Seolah takut memberitahu padaku.

"Dia kenapa? Jelek? Gendut? Aku tak peduli..."

"Bukan... dia itu sebenarnya CEWEK."

Pandanganku gelap seketika. Aku pingsan dengan sukses.

Keraguan

Keraguan
author: Yuki Aikawa


“Maaf, malam Natal aku ada pekerjaan. Jadi aku tak bisa menemanimu ke bazaar,” ujar Kazu, pacarku tiba-tiba.

“Pekerjaan? Kok tiba-tiba ada pekerjaan? Bukankah kamu sudah janji sejak minggu lalu mau menemaniku kesana?” protesku.

“Iya, aku tahu, Kaoru. Makanya aku minta maaf. Pekerjaan ini benar-benar penting, aku tak bisa minta off hari itu… tapi aku janji akan menemanimu kemana saja di hari Natal, oke?” Kazu membujukku sambil terus mengatakan maaf.

“Baiklah… Jangan dibatalkan lagi ya,” kataku akhirnya. Tak tega juga melihat Kazu memohon-mohon seperti itu. Toh bukan salahnya jika dia harus bekerja di malam Natal. Meski kecewa, aku nggak boleh egois dan menyusahkan dia dengan merajuk.
Kazu memelukku dan mengacak-acak rambutku. Entah kenapa, aku paling suka saat Kazu melakukan hal ini padaku. Rasanya nyaman dan hangat. Aku merasa sangat dilindungi dan dicintai oleh Kazu. Aku dan Kazu sudah 5 tahun berpacaran. Waktu lulus SMU, dia menyatakan cintanya padaku dan kami melanjutkan di universitas yang sama. Sekarang kami sama-sama sudah bekerja di kantor yang berbeda. Aku bekerja di sekolah musik, mengajar piano untuk anak-anak dan Kazu bekerja di sebuah perusahaan IT.

***

Malam Natal tiba… seperti yang Kazu bilang, dia tak menemaniku hari ini. Aku telah mengajak teman kantorku, Nozomi untuk menemaniku ke Bazaar. Kami berdua mengenakan yukata karena bazaar ini diadakan oleh Pusat Kebudayaan Jepang. Setelah makan malam, aku dan Nozomi berjalan kaki ke tempat bazaar yang dekat dari rumahku.

“Sulit juga ya berjalan dengan memakai geta. Rasanya seperti mau jatuh,” kata Nozomi sambil menjaga keseimbangannya.

“Haha… kamu sih tiap kali disuruh membiasakan diri memakai geta tak pernah mau,” kataku tertawa.

“Biarin, lebih enak sandal jepit atau sneakers,” jawab Nozomi tak mau kalah.

Lokasi bazaar sudah ramai oleh pengunjung. Banyak warga Indonesia keturunan Jepang seperti kami berkumpul disana. Hampir seluruh pengunjung mengenakan yukata, terutama mereka yang ingin mengikuti acara Bonodori di puncak acara nanti. Padahal ini bukan musim panas dan juga bukan festival Obon. Kenapa ada Bonodori ya? Bingung juga. Mungkin pihak penyelenggara hanya ingin meramaikan suasana bazaar ini.
Di atrium bazaar ada panggung untuk pertunjukan cosplay. Para cosplayer sudah berkumpul di sekitar sana. Menarik sekali melihat para cosplayer itu. Mereka sangat kreatif meniru karakter-karakter dari anime, komik ataupun game.

“Wah… Kaoru! Cowok yang cosplay jadi Squall Leonhart itu ganteng banget! Rinoanya juga cantik ih… Jadi ngiri, deh” kata Nozomi tiba-tiba. Nozomi memang penggemar karakter dari game Final Fantasy VIII itu.

“Oh ya?” mataku melihat ke arah yang ditunjuk oleh Nozomi. Eh? Kenapa sepertinya aku mengenali wajah itu? Meskipun ditutupi oleh make-up dan gaya rambutnya diubah, itu kan… KAZU?! Kenapa dia ada disini? Bukankah dia sedang kerja? Lalu, siapa itu yang cosplay jadi Rinoa? Kenapa mereka begitu akrab? Sampai-sampai cewek itu memeluk lengannya?

Beribu pertanyaan menyerang benakku. Membuatku sakit hati, cemburu, marah… dan mengambil kesimpulan, Kazu selingkuh! Air mataku menetes. Nozomi yang melihatnya langsung terkejut.

“Kaoru? Daijoubu? Kamu baik-baik saja? Kok tiba-tiba nangis?” tanyanya beruntun.

“Nozomi… cowok yang jadi Squall itu… Kazu, pacarku…,” jawabku terisak.

“Apaaaa…!?” Reaksi Nozomi yang terlalu heboh membuatku spontan membungkam mulutnya dengan kedua tanganku.

“Jangan teriak begitu dong, nanti ketahuan kita ada disini!”

“Oke, sorry. Masa kamu diam saja melihat pacarmu mesra-mesraan begitu sama cewek cantik? Nggak bisa begitu. Sini ikut aku,” Nozomi menarikku menghampiri Kazu dengan paksa.

Kazu rupanya menyadari kehadiran kami. Wajahnya terlihat sangat terkejut dan dia langsung menepis tangan Rinoa jadi-jadian itu.

“Ka… Kaoru…,” ujarnya terbata-bata, “dengar penjelasanku. Ini… tidak seperti yang kamu pikir…”

Nozomi mendorongku maju ke arah Kazu. Memaksaku bicara.

“Kamu bilang, kamu ada pekerjaan… tapi kenapa kamu ada disini? Ditambah lagi, kamu ikut cosplay berpasangan dengan cewek lain…,” tangisku semakin menjadi.

“Percayalah… aku tak bohong padaku. Ini bagian dari pekerjaanku, jangan ragukan perasaanku padamu,” kata Kazu mencoba menjelaskan. Kedua tangannya meraih bahuku. Aku mundur menghindari sentuhannya.

“Jangan sentuh aku! Pembohong!”

Aku mengajak Nozomi pergi dari tempat itu. Aku ingin pergi menjauh dari pemandangan pahit itu. Aku berlari pulang.

“Kaoru, tunggu…,” panggil Nozomi sambil melepas getanya untuk mengejarku.
Langkahku terhenti di taman yang ada dekat rumahku. Disana ada sepasang ayunan. Aku dan Nozomi kemudian duduk disana. Nozomi terus diam sampai aku berhenti menangis.

“Aku… selama ini nggak pernah sekalipun meragukan Kazu…,” isakku, “Aku yakin dia sayang padaku… tapi… tapi… saat ini… melihat dia tadi… aku jadi ragu… apakah dia bosan jalan denganku?”

Nozomi meraih tanganku, berusaha menghibur.

“Nggak mungkin ada orang yang bosan sama kamu. Kamu kan baik dan cantik. Aku saja nggak bosan-bosan berteman denganmu,” kata Nozomi.

“Lalu kenapa dia malah jalan dengan cewek lain...?” tanyaku lagi.

“Yah, belum tentu cewek itu pacar barunya kan? Tadi dia bilang itu bagian dari pekerjaannya. Kalau dia benar-benar menduakanmu, itu artinya dia cowok paling *piip* sedunia!” kata Nozomi lagi sambil berdiri dari ayunan dan mengacungkan tinju ke langit. Aku tertawa melihat ulahnya yang konyol.

“Arigatou, Nozomi… Aku merasa lebih baik sekarang berkat kamu.”

“Kalau begitu, traktir aku makan ramen! Tadi aku melihat ada kedai ramen di dekat lokasi bazaar. Aku lapar sekali… mau ya? Habis itu kita pulang, “ kata Nozomi memohon.

“Baiklah. Yuk… aku juga lapar habis menangis.”

Malam itu kuhabiskan bersama Nozomi. Malam Natal yang suram, aku sungguh berterimakasih dengan kehadiran Nozomi. Aku mencoba menghapus pikiran negatifku tentang Kazu. Menunggu penjelasannya besok.

***

Pagi ini aku terbangun dengan kepala pusing. Semalam aku minum sake terlalu banyak. Rasanya hari ini ingin kulewati di kasur saja.

“Merry Christmas, Kaoru…,” gumamku pada diri sendiri.

“Tok… tok…”

Ada yang mengetuk pintu kamarku, pasti mama yang mau membangunkanku.

“Masuk saja, Ma… Aku sudah bangun kok,” sahutku malas.

Pintu terbuka. Bukan mama yang masuk melainkan buket mawar putih raksasa berjalan ke arahku. Eh, buketnya punya kaki!

“Merry Christmas, Kaoru…,” kata si buket raksasa.

Hah… buketnya bisa ngomong juga. Tapi suaranya kok aku kenal, ya?

“Kazu…?” tanyaku pelan.

“Ya iya dong. Masa monster buket mawar?” jawab Kazu terkekeh sambil meletakkan buket itu di pangkuanku. Dia tahu aku paling suka mawar putih.
Kazu menatapku sambil tersenyum kemudian duduk di sisi kasurku.

“Wajahmu pucat, kamu sakit?” tanyanya sambil membelai pipiku.

“Nggak… aku hanya sedikit pusing akibat mabuk semalam,” jawabku sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba teringat kejadian semalam.

“Soal semalam, aku benar-benar minta maaf. Cewek itu adalah Mina, putri bosku. Dia masih SD, lho…,” Kazu mencoba menjelaskan.

“Masa masih SD? Setinggi itu?” tanyaku ragu.

“Hak sepatunya 10cm,” jawab Kazu cepat, “Bosku memintaku menemani dia ikut cosplay karena pasangannya tiba-tiba jatuh sakit. Kebetulan ukuran kostumnya pas denganku. Aku juga mendapatkan bayaran yang lumayan dan itu yang aku cari. Karena aku ingin membelikanmu kado Natal yang takkan kamu lupakan.”

Kazu meraih saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna perak. Aku terkesiap… Jangan-jangan itu adalah…

“Kaoru, maukah kamu menikah denganku?” kata Kazu sambil menyodorkan kotak perak yang telah ia buka ke arahku.

Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian terindah yang pernah kulihat. Harganya pasti mahal sekali. Jadi, Kazu melakukan hal semalam untuk membeli cincin ini dan melamarku? So sweet…

“Kaoru…?” panggil Kazu lagi.

“Eh… maaf aku jadi melamun…”

“Maukah kamu menjadi istriku? Sehidup semati bersamaku? Terus percaya padaku dan takkan lagi meragukan cintaku?” tanya Kazu dengan lembut.

“Ya… aku mau…”

Kazu, ini adalah Natal terindah yang pernah kualami. Maafkan aku telah meragukanmu. I love you and Merry Christmas.