Minggu, 24 Januari 2010

Keraguan

Keraguan
author: Yuki Aikawa


“Maaf, malam Natal aku ada pekerjaan. Jadi aku tak bisa menemanimu ke bazaar,” ujar Kazu, pacarku tiba-tiba.

“Pekerjaan? Kok tiba-tiba ada pekerjaan? Bukankah kamu sudah janji sejak minggu lalu mau menemaniku kesana?” protesku.

“Iya, aku tahu, Kaoru. Makanya aku minta maaf. Pekerjaan ini benar-benar penting, aku tak bisa minta off hari itu… tapi aku janji akan menemanimu kemana saja di hari Natal, oke?” Kazu membujukku sambil terus mengatakan maaf.

“Baiklah… Jangan dibatalkan lagi ya,” kataku akhirnya. Tak tega juga melihat Kazu memohon-mohon seperti itu. Toh bukan salahnya jika dia harus bekerja di malam Natal. Meski kecewa, aku nggak boleh egois dan menyusahkan dia dengan merajuk.
Kazu memelukku dan mengacak-acak rambutku. Entah kenapa, aku paling suka saat Kazu melakukan hal ini padaku. Rasanya nyaman dan hangat. Aku merasa sangat dilindungi dan dicintai oleh Kazu. Aku dan Kazu sudah 5 tahun berpacaran. Waktu lulus SMU, dia menyatakan cintanya padaku dan kami melanjutkan di universitas yang sama. Sekarang kami sama-sama sudah bekerja di kantor yang berbeda. Aku bekerja di sekolah musik, mengajar piano untuk anak-anak dan Kazu bekerja di sebuah perusahaan IT.

***

Malam Natal tiba… seperti yang Kazu bilang, dia tak menemaniku hari ini. Aku telah mengajak teman kantorku, Nozomi untuk menemaniku ke Bazaar. Kami berdua mengenakan yukata karena bazaar ini diadakan oleh Pusat Kebudayaan Jepang. Setelah makan malam, aku dan Nozomi berjalan kaki ke tempat bazaar yang dekat dari rumahku.

“Sulit juga ya berjalan dengan memakai geta. Rasanya seperti mau jatuh,” kata Nozomi sambil menjaga keseimbangannya.

“Haha… kamu sih tiap kali disuruh membiasakan diri memakai geta tak pernah mau,” kataku tertawa.

“Biarin, lebih enak sandal jepit atau sneakers,” jawab Nozomi tak mau kalah.

Lokasi bazaar sudah ramai oleh pengunjung. Banyak warga Indonesia keturunan Jepang seperti kami berkumpul disana. Hampir seluruh pengunjung mengenakan yukata, terutama mereka yang ingin mengikuti acara Bonodori di puncak acara nanti. Padahal ini bukan musim panas dan juga bukan festival Obon. Kenapa ada Bonodori ya? Bingung juga. Mungkin pihak penyelenggara hanya ingin meramaikan suasana bazaar ini.
Di atrium bazaar ada panggung untuk pertunjukan cosplay. Para cosplayer sudah berkumpul di sekitar sana. Menarik sekali melihat para cosplayer itu. Mereka sangat kreatif meniru karakter-karakter dari anime, komik ataupun game.

“Wah… Kaoru! Cowok yang cosplay jadi Squall Leonhart itu ganteng banget! Rinoanya juga cantik ih… Jadi ngiri, deh” kata Nozomi tiba-tiba. Nozomi memang penggemar karakter dari game Final Fantasy VIII itu.

“Oh ya?” mataku melihat ke arah yang ditunjuk oleh Nozomi. Eh? Kenapa sepertinya aku mengenali wajah itu? Meskipun ditutupi oleh make-up dan gaya rambutnya diubah, itu kan… KAZU?! Kenapa dia ada disini? Bukankah dia sedang kerja? Lalu, siapa itu yang cosplay jadi Rinoa? Kenapa mereka begitu akrab? Sampai-sampai cewek itu memeluk lengannya?

Beribu pertanyaan menyerang benakku. Membuatku sakit hati, cemburu, marah… dan mengambil kesimpulan, Kazu selingkuh! Air mataku menetes. Nozomi yang melihatnya langsung terkejut.

“Kaoru? Daijoubu? Kamu baik-baik saja? Kok tiba-tiba nangis?” tanyanya beruntun.

“Nozomi… cowok yang jadi Squall itu… Kazu, pacarku…,” jawabku terisak.

“Apaaaa…!?” Reaksi Nozomi yang terlalu heboh membuatku spontan membungkam mulutnya dengan kedua tanganku.

“Jangan teriak begitu dong, nanti ketahuan kita ada disini!”

“Oke, sorry. Masa kamu diam saja melihat pacarmu mesra-mesraan begitu sama cewek cantik? Nggak bisa begitu. Sini ikut aku,” Nozomi menarikku menghampiri Kazu dengan paksa.

Kazu rupanya menyadari kehadiran kami. Wajahnya terlihat sangat terkejut dan dia langsung menepis tangan Rinoa jadi-jadian itu.

“Ka… Kaoru…,” ujarnya terbata-bata, “dengar penjelasanku. Ini… tidak seperti yang kamu pikir…”

Nozomi mendorongku maju ke arah Kazu. Memaksaku bicara.

“Kamu bilang, kamu ada pekerjaan… tapi kenapa kamu ada disini? Ditambah lagi, kamu ikut cosplay berpasangan dengan cewek lain…,” tangisku semakin menjadi.

“Percayalah… aku tak bohong padaku. Ini bagian dari pekerjaanku, jangan ragukan perasaanku padamu,” kata Kazu mencoba menjelaskan. Kedua tangannya meraih bahuku. Aku mundur menghindari sentuhannya.

“Jangan sentuh aku! Pembohong!”

Aku mengajak Nozomi pergi dari tempat itu. Aku ingin pergi menjauh dari pemandangan pahit itu. Aku berlari pulang.

“Kaoru, tunggu…,” panggil Nozomi sambil melepas getanya untuk mengejarku.
Langkahku terhenti di taman yang ada dekat rumahku. Disana ada sepasang ayunan. Aku dan Nozomi kemudian duduk disana. Nozomi terus diam sampai aku berhenti menangis.

“Aku… selama ini nggak pernah sekalipun meragukan Kazu…,” isakku, “Aku yakin dia sayang padaku… tapi… tapi… saat ini… melihat dia tadi… aku jadi ragu… apakah dia bosan jalan denganku?”

Nozomi meraih tanganku, berusaha menghibur.

“Nggak mungkin ada orang yang bosan sama kamu. Kamu kan baik dan cantik. Aku saja nggak bosan-bosan berteman denganmu,” kata Nozomi.

“Lalu kenapa dia malah jalan dengan cewek lain...?” tanyaku lagi.

“Yah, belum tentu cewek itu pacar barunya kan? Tadi dia bilang itu bagian dari pekerjaannya. Kalau dia benar-benar menduakanmu, itu artinya dia cowok paling *piip* sedunia!” kata Nozomi lagi sambil berdiri dari ayunan dan mengacungkan tinju ke langit. Aku tertawa melihat ulahnya yang konyol.

“Arigatou, Nozomi… Aku merasa lebih baik sekarang berkat kamu.”

“Kalau begitu, traktir aku makan ramen! Tadi aku melihat ada kedai ramen di dekat lokasi bazaar. Aku lapar sekali… mau ya? Habis itu kita pulang, “ kata Nozomi memohon.

“Baiklah. Yuk… aku juga lapar habis menangis.”

Malam itu kuhabiskan bersama Nozomi. Malam Natal yang suram, aku sungguh berterimakasih dengan kehadiran Nozomi. Aku mencoba menghapus pikiran negatifku tentang Kazu. Menunggu penjelasannya besok.

***

Pagi ini aku terbangun dengan kepala pusing. Semalam aku minum sake terlalu banyak. Rasanya hari ini ingin kulewati di kasur saja.

“Merry Christmas, Kaoru…,” gumamku pada diri sendiri.

“Tok… tok…”

Ada yang mengetuk pintu kamarku, pasti mama yang mau membangunkanku.

“Masuk saja, Ma… Aku sudah bangun kok,” sahutku malas.

Pintu terbuka. Bukan mama yang masuk melainkan buket mawar putih raksasa berjalan ke arahku. Eh, buketnya punya kaki!

“Merry Christmas, Kaoru…,” kata si buket raksasa.

Hah… buketnya bisa ngomong juga. Tapi suaranya kok aku kenal, ya?

“Kazu…?” tanyaku pelan.

“Ya iya dong. Masa monster buket mawar?” jawab Kazu terkekeh sambil meletakkan buket itu di pangkuanku. Dia tahu aku paling suka mawar putih.
Kazu menatapku sambil tersenyum kemudian duduk di sisi kasurku.

“Wajahmu pucat, kamu sakit?” tanyanya sambil membelai pipiku.

“Nggak… aku hanya sedikit pusing akibat mabuk semalam,” jawabku sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba teringat kejadian semalam.

“Soal semalam, aku benar-benar minta maaf. Cewek itu adalah Mina, putri bosku. Dia masih SD, lho…,” Kazu mencoba menjelaskan.

“Masa masih SD? Setinggi itu?” tanyaku ragu.

“Hak sepatunya 10cm,” jawab Kazu cepat, “Bosku memintaku menemani dia ikut cosplay karena pasangannya tiba-tiba jatuh sakit. Kebetulan ukuran kostumnya pas denganku. Aku juga mendapatkan bayaran yang lumayan dan itu yang aku cari. Karena aku ingin membelikanmu kado Natal yang takkan kamu lupakan.”

Kazu meraih saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna perak. Aku terkesiap… Jangan-jangan itu adalah…

“Kaoru, maukah kamu menikah denganku?” kata Kazu sambil menyodorkan kotak perak yang telah ia buka ke arahku.

Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian terindah yang pernah kulihat. Harganya pasti mahal sekali. Jadi, Kazu melakukan hal semalam untuk membeli cincin ini dan melamarku? So sweet…

“Kaoru…?” panggil Kazu lagi.

“Eh… maaf aku jadi melamun…”

“Maukah kamu menjadi istriku? Sehidup semati bersamaku? Terus percaya padaku dan takkan lagi meragukan cintaku?” tanya Kazu dengan lembut.

“Ya… aku mau…”

Kazu, ini adalah Natal terindah yang pernah kualami. Maafkan aku telah meragukanmu. I love you and Merry Christmas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar